Perubahan
Yang Terjadi Pada Ikan Setelah Mati (Post Mortem)
1.
Hyperaemia
Hyperaemia
merupakan proses terlepasnya lendir dari kelenjar-kelenjar yang ada di dalam
kulit. Proses selanjutnya membentuk lapisan bening yang tebal di sekeliling
tubuh ikan. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir, akibat dari reaksi khas
suatu organisme
2.
Rigor
Mortis
Seperti
terjadi pada daging sapi dan daging hewan lainnya, fase ini ditandai oleh
mengejangnya tubuh ikan setelah mati . Kekejangan ini disebabkan alat-alat yang
terdapat dalam tubuh ikan yang berkontraksi akibat adanya reaksi kimia yang
dipengaruhi atau dikendalikan oleh enzim. Dalam keadaan seperti ini, ikan masih
dikatakan sebagai segar.
Tahapan
rigor mortis:
Fase
pre-rigor
Fase
ini ialah fase yang pertama kali dialami ikan ketika pertama kali mati. Pada
fase ini sifat dari ikan masih menyerupai ikan hidup/masih bersifat segar.
Ciri-ciri dari ikan segar itu sendiri yakni bola mata yang menonjol, warna bola
mata cerah dan bening, insang berwarna merah cemerlang, tekstur daging elastis,
sedikit lendir pada tubuh ikan, serta baunya spesifik jenis.
Fase
Rigor mortis
Fase
rigor mortis ialah fase yang dilewati setelah ikan melalui fase pre-rigor. Fase
ini ditandai dengan tubuh ikan yang mulai mengejang, dan tekstur daging ikan
relatif keras. Hal ini disebabkan oleh serentetan reaksi biokimiawi yang
kompleks.
Fase
post-rigor
Fase
ini merupakan fase yang dilewati setelah ikan melalui fase rigor-mortis, fase
ini ditandai dengan tektstur daging ikan yang kembali melunak yang disebabkan
oleh peristiwa autolisis pada daging ikan. Pada fase ini, bakteri menyerang
secara intensif pada tubuh ikan.
Lamanya
fase-fase tersebut bergantung kepada bagaimana ikan itu ditangani, jika ikan
ditangani secara benar, maka kemundurun mutu ikan dapat diperlambat. Selain itu
juga ukuran ikan juga ikut mempengaruhi tingkat kemunduran mutu ikan. Ikan yang
berukuran besar lebih lama busuk dibandingkan dengan ikan yang berukuran kecil.
Hal ini disebabkan karena ikan berukuran besar memiliki cadangan glikogen yang
lebih banyak dibandingkan dengan ikan yang berukuran kecil
3.
Autolysis
Fase
ini terjadi setelah terjadinya fase rigor mortis. Pada fase ini ditandai ikan
menjadi lemas kembali . Lembeknya daging Ikan disebabkan aktivitas enzim yang
semakin meningkat sehingga terjadi pemecahan daging ikan yang selanjutnya
menghasilkan substansi yang baik bagi pertumbuhan bakteri
4.
Bacterial
decomposition (dekomposisi oleh bakteri)
Pada
fase ini bakteri terdapat dalam jumlah yang banyak sekali, sebagai akibat fase
sebelumnya,. Aksi bakteri ini mula-mula hampir bersamaan dengan autolysis, dan
kemudian berjalan sejajar. Bakteri menyebabkan ikan lebih rusak lagi, bila
dibandingkan dengan autolisis. Bakteri adalah jasad renik yang sangat kecil
sekali, hanya dapat dilihat dengan mikroskop yang sangat kuat dan tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang. Jenis-jenis bakteri tersebut adalah:
Pseudomonas, Proteus Achromobacter, Terratia, dan Elostridium. Selama ikan
masih dalam keadaan segar, bakteri-bakteri tersebut tidak mengganggu . Akan
tetapi jika ikan mati, suhu badan ikan menjadi naik, mengakibatkan bakteri
bakteri tersebut segera menyerang. Segera terjadi pengrusakan jaringan-jaringan
tubuh ikan, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan komposisi daging.
Mengakibatkan ikan menjadi busuk.