Total Tayangan Halaman

Rabu, 18 Februari 2015

cinnongers

setahun yang lalu,  mungkin juga sudah lebih......(maklumlah kemarin masih sibuk dengna aktifitas kuliah dan tugas yang begitu menumpuk) hari ini baru ada kesempatan untuk berbagi cerita. cerita yang mungkin klw dituliskan sudah menjadi sebuah novel yang halamannya sudah ratusan atau bahkan ribuan. 

ahhhhhh.....biarlah cerita setahun yang sudah berlalu menjadi cerita yang mungkin hanya saya yang mengetahuinya. tapi ada hal yang sangat ingin saya tuliskan agar mereka tahu kalau ada cerita indah yang tak boleh saya rasakan sendiri. mungkin kata anak makassar talekang kalau semuanya diceritakan. tapi masa bodohlah hihihihi
iya...ini tentang cerita sang gadis manis, unyu'-unyu', cetar membahana, cantik, pokoknya ada semua sama mereka (eh tp kadang juga talekangki hehehe) mau tau mereka siapa?? (nda usah meki penasaran kah bakal sy ceritaji)
saya sebut mereka naya yang identik dengan bahasanya yang mirip dengan orang thailan (tapi tidak taulah mungkin dia orang thailand yang nyasar kuliah di unhas), alivia kacillo' (manusia yang tubuhnya masih kecil bagaikan anak SMP tp suaranya -_- sunhanallah bagaikan petir di tengah derasnya hujan ), selanjutnya irma (manusia yang saya kenal dengan jiwa bisnis yang luar biasa boleh dibilang ini orang sang pemburu dollar sejati, setiap peluang dijadikan bisnis buat dia, kalau saya pribadi sebut dia tuan crab wanna be :).

sebenarnya masih ada satu, cm mungkin kalau dituliskan hanya akan mengingatkan hal buruk, jadi yah sudahlah kita lupakan saja. toh dia juga sudah lupa sama kita-kita.
eh sudah jelasin satu-satu karakter mereka tapi belum kenalin mereka ktmu dimana :)
KKN (Kuliah Kerja Nyata) boleh dibilang ini ajang dimana kita bisa nambah teman, nambah pengalaman dan nambah uamh jajan juga sebenarnya hihihi. tapi buat saya pribadi di sini bukan sekedar nambah teman doang tapi nambah saudara juga nambah bapa ibu. kenapa saya bilang begitu? iya, karena kebetulan tempat kami KKN kemarin ibu dan pak desanya masya allah baiknya, saking baiknya nda bisa dijelaskan lagi pake kata-kata biasa, mungkin kata-kata mutiara tapi sayangnya saya bukan anak sastra hahahaha.....(jadi ingat pakde dan bude yang cetar membahana itu )
ok deh, saya mau kembali bercerita tentang teman bobo dulu,, siapa yah yang bagus pertama, alivia, irma, atau naya?? oh iya urutkan dari badannya yang paling kecil deh :)
yang pertama..........ALIVIA ANGGRAENI AZIZ :)
tapi lebih nyaman saya panggil dede' via bucillo :) habis badannya gak mau nambah besar :(. ini bocah cantik, cetar membahan nakalah syahrini hahaha (meski lebay tapi biarlah ini cara kita akrab) sekarang ini anal sudah nyadang gelar S.Kep baru saja kemarin sudah ujian meja (hiks...hiks... mautami juga sarjana kasian :( ) . oh iya sedikit lupa ada hal paling lucu yang sering kita lakukan buat kerjai bocah ini,, mau tau?? "ok deh eti akan bercerita". ini bocah selalu dikerjai bersihkan sisik ikan yang jumlah gak sedikit, silahkan bayangkan ikan yang disiapkan untuk lauk seminggu, ehhh rasakan mii bagaimana rasanya bersihkan ikan bucillo hahahaha itu efek karena kukunya yang cetar membahana nda mau kotor, eh bukan cuma itu kalasinya juga minta ampun kalau hari pasar, tidak mau bangun pagi karena kakinya yang kinclong kotor karena becek (maklum di cinnong gak ada salon buat meni pedi hahaha) #kalau saya cerita semua tentang ini bocah mungkin saya bakal tidur bentar subuh -____-

ok deh kita lanjut ke yang kedua namanya MUJIBATUN INAYA
Ini manusia boleh dibilang langkah, sampai adek-adek saya kasih nama baru buat dia, hahahaha nama barunya adalah marsya (ini karena cerewetki bede' kayak marsya). naya spesies bima yang terdampar di makassar karena mau menuntut ilmu. anaknya asyik, kadang juga ngeselin. tapi rajin, bayangin aja pakean di posko kadang dicucuin, dijemurin dan disetrikain (ahh love u naya.....) tiap pagi ini anak yang paling tidak mau minum teh, susu atau energen (padahal andalanta itu semua trus dianya cuma mau minum air putih, iya sih sehat tapi kan ahh kamseupay si naya :p ) ehh iya satu lagi ini manusia saya sebut sanag super hero buat eti...hahaha maklum etinya yang selalu malas cuci piring di posko selalu digantikan tugasnya sama si naya :D #kalau ulas tuntas tentang ini anak habis waktu nanti biasa-bisa skripsi dilupakan hahaha (lebayyyyyyyy)

yang terakhir kita sambut tuan crab......hahahaha IRMA RAMADHANI
oh my beby balabala....pebisnis handal yang matanya hijau dan ada tulisan $ haahahha,, bercerita dari mana ini tentang ini anak yah?? oh iya mulai dari latto'2 bibirnya kalau si korcam datang hahahaha. sumpah makkala' seketika kalau ingat itu, tapi jangan dibahaslah kan sudah move on dia. ada yang paling penting dari yang saya tau, ini adalah sang pembawa rejeki buat posko kita (maklum hampir seujung lamuru keluarganya dia dan hampir semuanya datang membawa makanan ummm nomnom,, posko kita gak pernah kering #makasih irmaku sayang). oh iya saya juga harus bercerita ttng tubuhnya yang jurus kerempeng tapi tenaganya super sekali, bayangkan galon saja bisa diangkat hahaha amazing :D bukan cuma itu,, ini anak juga boleh dijadikan sopir daerah (walaupun bisa disebut pembalap amatiran saking amatirnya mobilnya kepok gara-gara ditabarakin hahaha) wahhh satu lagi,,, hal yang paling buat saya sama anak-anak stres tengah malam,, ahh orang sdh asyik ngorok tengah malam dia malah teriak-teriak karena kesambet setan ko***m,, ampun eike......irma..irma banyak cerita ttng dirimu beb tapi sudahi dulu nah,, eti mulai ngantuk....hahaha


kalian ahnaf,oji si sombi, arul oon, dan si kordes s*****u nnt saya bercerita juga tentang kalian. ahhh really miss u so bad :(

Selasa, 04 Februari 2014

Post mortem



Perubahan Yang Terjadi Pada Ikan Setelah Mati (Post Mortem)
1.    Hyperaemia
Hyperaemia merupakan proses terlepasnya lendir dari kelenjar-kelenjar yang ada di dalam kulit. Proses selanjutnya membentuk lapisan bening yang tebal di sekeliling tubuh ikan. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir, akibat dari reaksi khas suatu organisme
2.    Rigor Mortis
Seperti terjadi pada daging sapi dan daging hewan lainnya, fase ini ditandai oleh mengejangnya tubuh ikan setelah mati . Kekejangan ini disebabkan alat-alat yang terdapat dalam tubuh ikan yang berkontraksi akibat adanya reaksi kimia yang dipengaruhi atau dikendalikan oleh enzim. Dalam keadaan seperti ini, ikan masih dikatakan sebagai segar.
Tahapan rigor mortis:
*      Fase pre-rigor
Fase ini ialah fase yang pertama kali dialami ikan ketika pertama kali mati. Pada fase ini sifat dari ikan masih menyerupai ikan hidup/masih bersifat segar. Ciri-ciri dari ikan segar itu sendiri yakni bola mata yang menonjol, warna bola mata cerah dan bening, insang berwarna merah cemerlang, tekstur daging elastis, sedikit lendir pada tubuh ikan, serta baunya spesifik jenis.
*      Fase Rigor mortis
Fase rigor mortis ialah fase yang dilewati setelah ikan melalui fase pre-rigor. Fase ini ditandai dengan tubuh ikan yang mulai mengejang, dan tekstur daging ikan relatif keras. Hal ini disebabkan oleh serentetan reaksi biokimiawi yang kompleks.
*      Fase post-rigor
Fase ini merupakan fase yang dilewati setelah ikan melalui fase rigor-mortis, fase ini ditandai dengan tektstur daging ikan yang kembali melunak yang disebabkan oleh peristiwa autolisis pada daging ikan. Pada fase ini, bakteri menyerang secara intensif pada tubuh ikan.
Lamanya fase-fase tersebut bergantung kepada bagaimana ikan itu ditangani, jika ikan ditangani secara benar, maka kemundurun mutu ikan dapat diperlambat. Selain itu juga ukuran ikan juga ikut mempengaruhi tingkat kemunduran mutu ikan. Ikan yang berukuran besar lebih lama busuk dibandingkan dengan ikan yang berukuran kecil. Hal ini disebabkan karena ikan berukuran besar memiliki cadangan glikogen yang lebih banyak dibandingkan dengan ikan yang berukuran kecil
3.    Autolysis
Fase ini terjadi setelah terjadinya fase rigor mortis. Pada fase ini ditandai ikan menjadi lemas kembali . Lembeknya daging Ikan disebabkan aktivitas enzim yang semakin meningkat sehingga terjadi pemecahan daging ikan yang selanjutnya menghasilkan substansi yang baik bagi pertumbuhan bakteri
4.    Bacterial decomposition (dekomposisi oleh bakteri)
Pada fase ini bakteri terdapat dalam jumlah yang banyak sekali, sebagai akibat fase sebelumnya,. Aksi bakteri ini mula-mula hampir bersamaan dengan autolysis, dan kemudian berjalan sejajar. Bakteri menyebabkan ikan lebih rusak lagi, bila dibandingkan dengan autolisis. Bakteri adalah jasad renik yang sangat kecil sekali, hanya dapat dilihat dengan mikroskop yang sangat kuat dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Jenis-jenis bakteri tersebut adalah: Pseudomonas, Proteus Achromobacter, Terratia, dan Elostridium. Selama ikan masih dalam keadaan segar, bakteri-bakteri tersebut tidak mengganggu . Akan tetapi jika ikan mati, suhu badan ikan menjadi naik, mengakibatkan bakteri bakteri tersebut segera menyerang. Segera terjadi pengrusakan jaringan-jaringan tubuh ikan, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan komposisi daging. Mengakibatkan ikan menjadi busuk.

Minggu, 02 Februari 2014

Pengawetan Daging



Pengawetan Daging
            Daging sebagai hasil proses biokimia dan biofisika dari otot setelah ternak dipotong, merupakan keadaan dimana daging memerlukan penanganan karena merupakan media tumbuh bagi mikroorganisme jika tidak dilakukan penanganan, maka untuk mencegah perbanyakan mikroorganisme khususnya bakteri yang dapat menyebabkan kerusakan atau pembusukan daging dalam waktu yang sangat cepat.
            Teknik pengawetan daging yang sering digunakan pada karkas daging dan daging pascarigor adalah penggunaan suhu rendah yakni pendinginan dan pembekuan. Pendinginan pada suhu 2- 50c pada karkas dan daging selain berfungsi sebagai memperpanjang daya sumpan juga dapat meningkatkan kualitas daging melalui peningkatan keempukan dan flavor.
*      Pendinginan (refrigeration)  
Pendinginan memungkinkan untuk menyimpan daging dalam waktu tertentu berkat aksinya dalam menghambat perkembangan bakteri tanpa membunuh bakteri. Oleh karena itu sangat penting diperhatikan bahwa suhu dingin sebaiknya secepat mungkin dioperasikan setelah ternak dipotong dan agar daging/karkas sekurang mungkin dicemari/terkontaminasi oleh bakteri selama proses pemotongan. Ini dimaksudkan untuk mendapatkan daging dengan kualitas higienis yang baik.
Pendinginan dimaksudkan pula untuk meningkatkan kualitas daging terutama keempukan dan citarasa yang terjadi selama proses penyimpanan karena adanya maturasi pada daging. Seperti pula diketahui bahwa suhu karkas berkisar 35 – 37° C pada akhir proses pemotongan maka peranan pendinginan cukup penting didalam menurunkan suhu karkas tersebut agar dapat disimpan pada suhu sekitar 0 - +2° C. Pendinginan karkas dengan menggunakan suhu mendekati titik nol (0 – 5° C) pada suhu karkas masih tinggi , dimana pada saat itu karkas masih dalam kondisi pra rigor, dapat mengakibatkan kelainan mutu daging yang dikenal dengan nama cold shortening atau pengkerutan karena dingin. Pengkerutan akibat dingin menyebabkan otot memendek bisa mencapai 50 % dan daging menjadi keras dan kehilangan cukup cairan yang berarti selama pemasakan.
Pada tahap pertama, karkas didinginkan pada suhu dimana persentase pengkerutan paling minimal, berdasarkan penelitian Locker dan Hagyard (1963) untuk memperoleh pengekerutan minimal sebaiknya daging didinginkan pada suhu antara 14 – 19° C selama 24 jam pertama dimana pada saat tersebut rigor mortis telah terbentuk. Kecepatan terbentuknya rigor mortis sangat tergantung pada suhu dan kondisi ternak pada saat disembelih. Locker dan Daines (1975) memperlihatkan waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis pada otot Sternomandibularis pada suhu 37° C, 34° C, 24° C, dan 15° C,  masing-masing secara berurutan 7 jam, 10 jam, 12 jam, dan 24 jam. Rigor mortis dapat pula terbentuk dalam waktu yang cepat pada ternak-ternak yang telah kekurangan atau kehabisan glikogen akibat habis terkuras karena perlakuan-perlakuan yang keras sebelum pemotongan dilakukan.
Cold shortening yang terjadi karena pendinginan yang cepat dengan suhu sangat rendah pada karkas terutama pada potongan-potongan karkas dan daging mengakibatkan kealotan yang berarti.
Karkas yang telah mengalami rigor mortis, kemudian disimpan pada kamar pendingin (+ 2°  C) selama beberapa hari. Selama penyimpanan ini terjadi maturasi yakni proses transformasi kimia didalam otot dan memperlihatkan efek terhadap perbaikan keempukan daging secara progresif sampai tingkat optimal. Keadaan dimana daging menjadi matang, pada tingkat inilah daging sebaiknya dikonsumsi.
Untuk memperoleh tingkat maturasi yang baik, pada umumnya karkas sapi disimpan antara 10 – 15 hari pada suhu  + 2°  C sebelum daging tersebut di konsumsi. Untuk praktisnya, maturasi biasanya berlangsung selama 7 – 8 hari dengan alasan ekonomi. Hal mana tidaklah cukup dari segi teknisnya.  simpanan pada suhu mendekati 2 C°.
*      Pembekuan (Freezing) 
Pembekuan merupakan tahap selanjutnya dari penyimpanan daging setelah karkas melalui proses maturasi (aging) yang optimal dimana proses komplet rigor mortis telah terpenuhi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya cold shortening dan thaw rigor pada saat daging dicairkan dari kristal es yang meliputinya sebelum dimasak.
Untuk pengawetan daging dengan menggunakan suhu sangat rendah, maka potongan – potongan karkas terlebih dahulu harus dikeluarkan tulang-tulangnya dan menghilangkan lemak dipermukaan karkas/daging, sehingga benar-benar daging yang dibekukan. Ini dimaksudkan selain untuk efisiensi tempat, juga dimaksudkan untuk menghindari peruabahan – perubahan yang dapat terjadi pada daging selama penyimpanan terutama lemak, pada suhu rendah masih dapat mengalami proses ketengikan.
Untuk mendapatkan hasil/kualitas yang baik selama pembekuan maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :
·         Penggunaan suhu pembekuan cepat (- 36° C) atau sangat cepat (- 40° C) pada karkas atau daging yang telah mengalami maturasi.
·         Menyimpan daging beku pada suhu rendah (-18° C).
·         Menghindari variasi suhu selama penyimpanan.
·         Menghindari pembekuan atau thawing secara berturut-turut.
·         Thawing dilakukan secara lambat pada suhu + 1° C.

Jumat, 31 Januari 2014

Akibat kekurangan Vitamin D

Vitamin D adalah grup vitamin yang larut dalam lemak prohormon. Vitamin D dikenal juga dengan nama kalsiferol. Penamaan ini berdasarkan International Union of Pure and Applied Chemist (IUPAC).Di dalam tubuh, vitamin ini banyak berperan dalam pembentukkan struktur tulang dan gigi yang baik. Vitamin ini banyak ditemukan pada jeruk, stroberi, tomat, brokoli, dan sayuran hijau lainnya. (Wikipedia)

Ada beberapa kontroversi mengenai vitamin D, beberapa ilmuan menganggap bahwa vitamin D bukan merupakan vitamin karena memiliki aktivitas yg sangat mirip dengan hormon. Tidak sepert vitamin-vitamin lain, vitamin D dapat disintesis oleh tubuh manusia dan hewan.

Akibat kekurangan vitamin D
Kekurangan vitamin D dalam tubuh akan mengakibatkan:
 1. Ricketsia, diderita oleh anak-anak yang ditandai oleh bengkoknya kaki sehingga berbentuk O.
 2. Tetan, suatu gejala yang ditandai dengan bengkoknya pergelangan tangan dan sendi akibat rendahnya    kalsium dalam serium karena kekurangan vitamin D atau rusaknya kelenjar para tiroid
 3. Osteomalacia, diderita oleh orang dewasa, juga dikenal sebagai Ricketsia orang dewasa, disebabkan kekurangan vitamin D dan kalsium.

Peranan vitamin D dalam tubuh:
Di dalam tubuh, vitamin D dapat membentuk struktur tulang dan gigi yang kuat. Vitamin D meningkatkan absorbsi kalsium di saluran pencernaan. Selain itu, vitamin D juga dapat memperkuat sistem kekebalan dan mencegah berbagai jenis kanker. Apabila terjadi defisiensi vitamin D, tubuh akan mengalami berbagai gangguan penyakit, antara lain osteoporosis, osteopenia, diabetes, hipertensi, dan berbagai penyakit jantung, kanker payudara, dan kanker endometrium.
Molekul aktif dari vitamin D, yaitu kalsitriol, merupakan pemeran utama dalam metabolisme absorpsi kalsium ke dalam tulang, fungsi otot, sekaligus sebagai immunomodulator yang berpengaruh terhadap sistem kekebalan untuk melawan beberapa penyakit, termasuk diabetes dan kanker. Sumber utama vitamin D adalah kulit yang terpapar radiasi ultraviolet.
Di dalam tubuh, vitamin D diserap di usus dengan bantuan senyawa garam empedu.Setelah diserap, vitamin ini kemudian akan disimpan di jaringan lemak (adiposa) dalam bentuk yang tidak aktif.
Vitamin D dapat membantu tubuh untuk mengontrol kadar fosfat dan kalsium dalam tubuh manusia. Ketika tubuh kita kekurangan asupan vitamin D, maka secara otomatis dia tidak dapat mengontrol kadar pelepasan kalsium dan fosfat. Tubuh mungkin saja merangsang beberapa hormon untuk melepaskan kalsium dan fosfat dari tulang. Jika kandungan fosfat dan kalsum dalam tulang semakin berkurang, maka tulang kita dapat melemah dan melunak. Rakhitis dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan menggunakan X-Ray pada tulang kaki. Penyakit rakhitis dapat disembuhkan dengan sangat cepat hanya dengan bantuan suplemen vitamin D yang dimasukkan secara oral. Ketika pemeriksaan Rakhitis, dokter akan memantau kadar 25-OH-D dalam plasma agar mereka dapat mengembalikannya ke keadaan normal. Penyakit rakhitis juga dapat disebabkan oleh kekurangan kalsium walaupun anak tersebut telah terpapar di bawah sinar matahari secara cukup. Bila memang disebabkan oleh kurangnya kadar kalsium, maka anak tersebut perlu mengkonsumsi suplemen kalsium dibarengi dengan suplemen vitamin D.

Sumber Vitamin D
 Sinar matahari adalah sumber utama untuk memproduksi vitamin D pada tubuh. Sinar Ultra violet pada matahari dapat meningkatkan produktivitas vitamin D pada jringan kulit. Pemaparan di bawah sinar matahari selama 15 menit sehari sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin D kita. Vitamin ini juga bisa ditemui di beberapa bahan makanan seperti mackerel, sarden dan salmon. Mentega, susu, kuning telur, minyak hati ikan cod dan ikan yang banyak mengandung minyak juga merupakan sumber vitamin D yang sangat baik bagi tubuh.


Jumat, 27 Desember 2013

laporan tape



I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
        Era globalisasi merupakan era berkembangnya semua aspek kehidupan. Termasuk perkembangan bioteknologi, bioteknologi adalah pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk yang dapat digunakan oleh manusia. Bioteknologi itu dibagi menjadi dua, yaitu, bioteknologi konvensional (tradisional) dan bioteknologi modern. Bioteknologi konvensional biasanya menggunakan mikroorganisme berupa bakteri, jamur. Sedangkan bioteknologi modern biasanya menggunakan teknologi-teknologi yang dapat membantu kita dalam proses pengkloningan, kultur jaringan. Pengolahan makanan dengan cara fermentasi merupakan jenis pengolahan makanan yang cukup tua. Secara tradisional banyak dilakukan di tingkat rumah tangga. Indonesia tergolong sangat kaya akan produk-produk pangan hasil proses fermentasi. Salah satu contoh dari produk bioteknologi secara konvensional adalah  tape.  
Tape merupakan kudapan yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan pangan berkarbohidrat sebagai substrat oleh ragi. Ragi untuk fermentasi tape merupakan campuran beberap amikroorganisme, terutama fungi (kapang dan jamur), seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp.,Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, dan
Pediococcus sp,
 tapi,  tidak tertutup kemungkinan jenis lain juga terlibat.
Berbagai jenis fungi yang bekerja dalam proses fermentasi tape. Dari setiap jenis memiliki fungsi yang berbeda dalam melakukan aktivitasnya. Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum yang selanjutnya dilakukan penyusunan laporan agar dapat diketahui bagaimana mekanisme kerja dari setiap mikroorganisme yang ada pada ragi. Sehingga dapat diketahui proses perubahan karbohidrat menjadi gula dan selanjutnya menjadi alkohol. Hal tersebut menjadi latar belakang dilakukanny penulisan laporan pembuatan tape ini.
B. Tujuan dan Kegunaan
       Tujuan dilakukannya praktikum pembuatan ragi dan tape ketan ini adalah sebagai berikut ini :
1.    Untuk mengetahui cara membuat ragi tape yang baik dan benar
2.    Untuk mengetahui cara membuat tape  ketan yang baik dan benar.
3.    Untuk mengetahui mekanisme kerja dari mikroorganisme yang terdapat pada ragi.
4.    Untuk mengetahui pengaruh penggunaan ragi yang berbeda pada pembuatan tape.
5.    Untuk  mengetahui pengaruh penggunaan daun katuk terhadap tape yang dihasilkan
Kegunaan dari praktikum kali ini adalah mahasiwa mampu dan tahu bagaimana cara membuat ragi danhidupan sehari-hari tanpa harus mengandalkan ragi dan tape ketan yang dihasilkan oleh sebuah industri.





II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tape
        Tapai atau tape adalah kudapan yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan pangan berkarbohidrat sebagai substrat oleh ragi. Di Indonesia dan negara-negara tetangganya, substrat ini biasanya umbi singkong dan beras ketan. Ragi untuk fermentasi tapai merupakan campuran beberapa mikroorganisme, terutama fungi (kapang dan jamur), seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp., Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, dan Pediococcus sp., namun tidak tertutup kemungkinan jenis lain juga terlibat. Tapai hasil fermentasi dengan ragi yang didominasi S. cerevisiae umumnya berbentuk semi-cair, lunak, berasa manis keasaman, mengandung alkohol, dan memiliki tekstur lengket (Anonim, 2013a).
Dalam pembuatan tapai ketan, beras ketan dimasak dan dikukus terlebih dahulu sebelum dibubuhi ragi. Campuran tersebut dilindungi dari udara terbuka dengan membungkusnya oleh daun dan diinkubasi pada suhu 25-30 °C selama 2-4 hari. Daun yang digunakan bermacam-macam, tergantung dari sumber daya yang tersedia, tetapi biasanya digunakan daun yang lebar dan permukaannya licin. Tapai ketan yang siap dihidangkan biasanya mengandung alkohol dan teksturnya lebih lembut. Daun yang digunakan biasanya adalah daun pisang, namun di beberapa tempat daun lain juga digunakan (Anonim, 2013a).
        Dalam pembuatan tape ketan, terlebih dahulu beras dimasak agar memudahkan jamur dalam melakukan fermentasi. Kemudian pendinginan yang dilakukan bertujuan agar ragi dapat bekerja dengan optimal, kalau tidak di dinginkan maka ragi yang digunakan dalam pembuatan tape akan rusak atau terdenatirasi sehingga pembuatan tape dapat mengalami kegagalan. Sepelah dilakukan pencampuran ketan dengan ragi dan gula selanjutnya campuran tersebut dibungkus dengan daun pisang dan ditaruh pada wadah yang tertutup  pada suhu kamar.  Penutupan yang rapat ini bertujuan untuk mengurangi atau mencegah adanya udara yang masuk ke dalam tape. Hal itu dilakukan karena proses fermentasi tape berlangsung secara anaerob. Jika dilihat dari tape yang dihasilkan, menurut tekstur dan rasanya, dimana memiliki tekstur lembut dengan sedikit lengket serta terdapat air (cairan yang manis keasaman), dan rasa manis keasaman dengan sedikt alkohol, ( Erni, 2011)
B. Ragi
        Ragi atau fermen merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, tape, roti, dan bir. Mikroorganisme yang digunakan di dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang), yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor, Amylomyces, Endomycopsis, Saccharomyces, Hansenula anomala,, Lactobacillus, Acetobacter (Anonim, 2013b)
Ragi adalah fungi uniseluler yang beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan produk olahan fermentasi tradisional lainnya. Kebanyakan ragi merupakan anggota divisi Ascomycota, walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota. Beberapa ragi, seperti Candida albicans, dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Selain itu, ragi adalah mikroorganisme hidup yang dapat ditemukan dimana – mana. Ragi berasal dari keluarga fungi bersel satu dari genus Saccaromyces, spesies cerevisiae, dan memiliki ukuran 6 – 8 mikron. Dalam satu gram ragi padat, terdapat kurang lebih 10 milyar sel hidup. Ragi ini berbentuk bulat telur, dan dilindungi oleh dinding membran yang semi berpori (semi permeabel), melakukan reproduksi dengan cara membelah diri, dan dapat hidup dilingkungan tanpa oksigen (anaerob) maupun dengan oksigen (aerob). Untuk bertahan hidup, ragi membutuhkan air, makanan dan lingkungan yang sesuai. Ragi yang digunakan tentu saja berbeda – beda sesuai dengan produk yang diinginkan. Ada tiga jenis ragi yang umum dikenal, yaitu ragi tape, ragi roti, dan ragi tempe. Ragi tape berwujud padat dengan bentuk bulat pipih berwarna putih, ragi roti berbentuk butiran, sedangkan ragi tempe berbentuk bubuk (Rian, 2013).
C. Mikroorganisme Tape (Saccharomyces cerevisiae)
        Inokulum tape, atau sering disebut ragi tape, telah lama diteliti. Dwidjoseputro & Wolf (1970) merupakan salah satu peneliti pertama yang berusaha mengidentifikasi mikroorganisme dari ragi tape dan berhasil mengidentifikasi dua spesies khamir yaitu Candida lactosa dan Pichia malanga. Djien (1972) adalah peneliti lain yang berhasil mengidentifikasi kapang Chlamydomucor oryzae, lima spesies dari genus Mucor dan satu spesies Rhizopus, serta khamir Pichia burtonii dan Endomycopsis fibuliger dari ragi tape. Chlamydomucor oryzae merupakan sinonim dari Amylomyces rouxii, dan nama terakhir tersebut merupakan nama yang sekarang digunakan (Ellis et al. 1976), Endomycopsis fibuliger dan Candida lactosa merupakan sinonim dari Saccharomycopsis fibuligera (Barnett et al. 2000), sedangkan Pichia malanga merupakan sinonim Saccharomycopsis malanga (Barnett et al. 2000). Penelitian-penelitian terbaru mengungkapkan spesies-spesies lain yang terdapat dalam ragi tape selain yang telah disebutkan di atas, antara lain khamir Candida utilis dan Saccharomyces cerevisiae, serta bakteri Pediococcus sp. dan
Bacillus sp. (Gandjar 2003).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua kelompok mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam menghasilkan tape. Mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan aroma alkoholis pada tape. Semakin lama tape tersebut dibuat, semakin kuat alkoholnya (Rian, 2013).
Saccharomyces cerevisiae merupakan cendawan berupa khamir (yeast) sejati tergolong eukariot mempunyai potensi kemampuan yang tinggi sebagai imunostimulan, dan bagian yang bermanfaat tersebut adalah dinding selnya. Saccharomyces cerevisiae secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Berkembang biak dengan membelah diri melalui “budding cell”. Reproduksinya dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta jumlah nutrien yang tersedia bagi pertumbuhan sel. Saccharomyces cerevisiae yang mempunyai kemampuan fermentasi telah lama dimanfaatkan untuk pembuatan berbagai produk makanan ( Agus, 2012).
Klasifikasi   :          
Kingdom     : Fungi
Filum           : Ascomycota
Kelas           : Saccharomycetes omycetales
Genus         : Saccharomyces
Spesies       : S. cerevisiae
D. Mekanisme Fermentasi Tape Ketan
        Tape ketan adalah makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari bahan ketan yang diolah secara fermentasi. Dalam proses fermentasi tape ketan tahap persiapan (pencucian, pemasakan dan pendinginan), pengerjaan, dan fermentasi (pemanasan, inokulasi dengan ragi, dan inkubasi) merupakan tahap yang berpengaruh penting untuk menghasilkan tape ketan dengan mutu baik. Misalnya, dalam tahap pencucian yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran maupun sisa-sisa dedak yang mungkin masih tertinggal sangat penting untuk dilakukan.Selain menentukan cita rasanya, hasil dari proses fermentasi juga sangat menentukan komposisi kimia tape ketan. Tape ketan umumnya memiliki tekstur lembut, rasa manis, sedikit asam, dan cita rasa yang khas karena mengandung sedikit alkohol. Komponen utama dalam ketan sendiri adalah pati, yang dalam keadaan utuh sangat sulit didegradasi dengan zat kimia maupun enzim. Bahkan, pati yang dipanaskan dengan air tidak akan mengalami perubahan hingga suhu gelatinasinya tercapai. Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan bakteri untuk mendegradasi komponen pati yang terdapat dalam ketan. Ragi mengandung berbagai bakteri asam laktat yang sangat dibutuhkan untuk fermentasi tape ketan.
Fermentasi adalah salah satu reaksi oksidasi-reduksi dalam sistem biologi molekuler yang dapat menghasilkan dengan memanfaatkan senyawa organik sebagai donor dan akseptor elektron. Fermentasi tape ketan terjadi dalam kondisi anerobik fakultatif, yaitu dapat melakukan proses fermentasi dengan atau tidak ada oksigen. Tetapi, keberadaan oksigen dalam jumlah sedikit dapat mempercepat berlangsungnya proses fermentasi tersebut. Contoh dari teknologi fermentasi yang telah dikenali selama ini adalah minuman beralkohol, nata de coco, roti, tempe, tauco, dan juga tape ketan. Pada proses pembuatan tape ketan, fermentasi yang terjadi disebabkan karena bantuan khamir yang terdapat dalam ragi yang ditambahkan. Khamir tersebut adalah Endomycopsis fibuliger dan Chlamydomucor oryzae. Kedua khamir tersebut adalah mikroba yang memegang peran utama mengubah ketan menjadi bentuk tape. Awalnya Chlamydomucor oryzae memulai proses fermentasi dengan mengubah pati ketan menjadi gula. Selanjutnya, Endomycopsis fibuliger akan merubah gula menghasilkan alkohol dan komponen pembentuk flavor.
Secara rinci perubahan senyawa kimiawi utama yang terjadi dalam proses fermentasi tape ketan adalah hidrolisis pati menjadi maltosa dan glukosa, karena bantuan kedua khamir (Endomycopsis fibuliger dan Chlamydomucor oryzae). Proses berikutnya glukosa akan difermentasi menjadi asam-asam organik dan etanol sehingga menimbulkan rasa dan aroma yang khasserta beraroma sangat kuat. Fermentasi tape ketan yang menggunakan ragi termasuk dalam jenis heterofermentasi karena menggunakan dua macam biakan mikroba yang berbeda. Selain itu pembuatan tape ketan yang merupakan proses fermentasi tersebut akan menghasilkan banyak keuntungan. antara lain, meningkatkan citarasa dari ketan dan menghasilkan aroma yang khas sehingga akan mempengaruhi kelezatan, juga meningkatkan kandungan
gizinya (anonim, 2013c).
E.  Faktor Penentu Keberhasilan Fermentasi Tape Ketan
        Menurut Buckle (1988), pada pembuatan tape ketan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan dari fermentasi, antara lain sebagai berikut:
*      pH
Mikroba tertentu dapat tumbuh pada kisaran pH yang sesuai untuk pertumbuhannya. Khamir dapat hidup pada pH rendah yaitu
antara 1-2.
*      Suhu
Suhu yang digunakan dalam fermentasi akan mempengaruhi mikroba yang berperan dalam proses fermentasi. Suhu optimal pada proses fermentasi yaitu 35° C dan 40° C.
*      Oksigen
Bila produksi alkohol yang dikehendaki, maka diperlukan suatu penyediaan O2 yang sangat terbatas. Produk akhir dari suatu fermentasi sebagian dapat dikendalikan dengan tegangan O2 substrat apabila faktor-faktor lainnya optimum.
*      Substrat
Mikroba memerlukan substrat yang mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhannya. Menurut Buckle (1988), fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau telah ada dalam bahan pangan itu sendiri. Perubahan yang terjadi sebagai hasil fermentasi mikroorganisme dan interaksi yang terjadi diantara produk dari kegiatan-kegiatan tersebut dan zat-zat yang merupakan pembentuk bahan pangan tersebut.Proses fermentasi tidak hanya menimbulkan efek pengawetan tetapi juga menyebabkan perubahan tekstur, cita rasa dan aroma bahan pangan yang membuat produk fermentasi lebih menarik, mudah dicerna dan bergizi.
F. Daun Katuk
        Katuk (Sauropus androgynus) merupakan tumbuhan sayuran yang banyak terdapat di Asia Tenggara. Daun katuk merupakan sayuran minor yang dikenal memiliki khasiat memperlancar aliran air susu ibu (Anonim. 2013d)
            Daun katuk adalah daun dari tanaman Sauropus adrogynus (L) Merr, famili Euphorbiaceae. Nama daerah: Memata (Melayu), Simani (Minangkabau), Katuk (Sunda), Kebing dan Katukan (Jawa), Kerakur (Madura). Terdapat di berbagai daerah di India, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia tumbuh di dataran dengan ketinggian 0-2100 m di atas permukaan laut. Tanaman ini berbentuk perdu. Tingginya mencapai 2-3 m. Cabang-cabang agak lunak dan terbagi Daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm dan lebar 1,25-3 cm. Daun katuk pada umumnya diguanakan untuk sayur oleh masyarakat, karena memiliki kandungan gizi yang baik bagi kesehatan. Daun katuk juga dijadikan bahan pewarna alami dalam membuat bahan makanan, salah satunya adalah tape. Daun katuk mengandung zat- zat gizi yang dapat menurunkan kadar alkohol yang dihasilkan pada tape dan dapat meningkatkan rasa manis pada tape (Hafsah, 2010).








III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Aplikasi Bioteknologi Pangan mengenai Isolasi
Mikroba dilakukan pada hari Kamis, 14 dan 21 November 2013 pada
pukul 10.00-12.
45 WITA, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi dan Keamanan Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
            Alat- alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

*      timbangan analitik
*      panici rebusan
*      wadah
*      sendok
*      nampan
*      toples
*      gunting
*      pisau

            Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

*      beras ketan
*      ragi pasar
*      ragi buatan
*      daun pisang
*      daun katuk
*      air
*      label
*      kain




C. Prosedur Praktikum
Ø  Pembuatan Ragi
1.    Disiapkan bahan berupa beras ketan, kayu manis, bawang putih, ragi pasar dan air.
2.    Ditimbang tepung ketan sebanyak 900 gram, dan bawang putih 5 gram yg telah dihaluskan
3.    Dilarutkan dalam 10 ml bawang putih kemudian diambil filtratnya sebanyak 5 ml.
4.    Dibuat suspensi dari ragi pasar
5.    Beras ketan ditambahkan filtrate bawang putih dan suspense serta air suling.
6.    Diaduk hingga terbentuk adonan
7.    Dibentuk bulat pipih
8.    Diinkubasi selama 2 hari pada suhu kamar
9.    Dijemur hingga kering
Ø  Pembuatan Tape Ketan
1.    Ditimbang beras ketan sebanyak 300 gram
2.    Dicuci hingga bersih kemudian direndam semalaman
3.    Dikukus hingga matang
4.    Didinginkan, selanjutnya dilakukan penimbang kedua
5.    Beras ketan yang telah matang dibagi dua untuk dua perlakuan, yaitu ragi pasar dan ragi buatan
6.    Ditaburi ragi hingga homogen
7.    Dibentuk bulat-bulat seperti bola
8.    Dimasukkan dalam toples yang telah dilapisi daun pisang
9.    Difermentasi selama 3 hari
10.  Dilakukan pengamatan kemudian diuji organoleptik
D. Perlakuan
            Perlakuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
*      Ragi pasar, air daun katuk
*      Ragi pasar, air biasa
*      Ragi buatan, air daun katuk
*      Ragi buatan, air biasa
E. Parameter
            Parameter yang diamati pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Ø  Aroma
Ø  Tekstur
Ø  Rasa
Ø  Kenampakan





IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
            Hasil praktikum pembuatan tape ketan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
     Tabel 05.Hasil Uji Organoleptik pada Pembuatan Tape Ketan
Perlakuan
Parameter
Kenampakan
Aroma
Tekstur
Rasa
Ragi buatan, air biasa
Berair
Bau alkohol
Tekstur tidak merata, tapi lebih banyak yang lembek
Manis (khas tape)
Ragi buatan, air katuk
Berair
Bau alkohol
Tekstur tidak merata, tapi lebih banyak yang lembek
Manis (khas tape)
Ragi pasar, air biasa
Berair
Bau alkohol
Tekstur tidak merata, tapi lebih banyak yang lembek
Manis (khas tape)
Ragi pasar, air katuk
Berair
Bau alkohol
Tekstur tidak merata, tapi lebih banyak yang lembek
Manis (khas tape)
Sumber : Data Sekunder Aplikasi Bioteknologi Pangan, 2013.
B. Pembahasan
            Ragi merupakan media tempat tumbuh mikroorganisme jenis fungi yang digunakan dalam fermentasi bahan makanan, salah satunya adalah tape. Ragi biasanya mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk
butiran-butiran kecil atau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan minuman hasil fermentasi. Didalam ragi tidak hanya satu jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam, akan tetapi berbagai jenis mikroorganisme yang memiliki fungi yang berbeda-beda. Akan tetapi dalam ragi ada jenis mikroorganisme yang mendominasi yaitu Saccharomyces cerevisiae. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rian (2013), bahwa mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tape bukan hanya satu jenis saja melainkan berbagai jenis. Diantaranya  adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp.
Proses pembuatan tape ketan dilakukan dengan menggunakan bantuan ragi. Dalam membuat tape ketan ada beberapa prosedur yang harus dilakukan sehingga bisa terbentuk tape seperti apa yang diinginkan. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan menyiapkan bahan, selanjutnya dicuci, direndam, kemuadian dimasak. Pemasakan bertujuan untuk melunakkan beras ketan sehingga mudah diurai oleh mikroorganisme. Beras ketan yang telah masak kemuadian didinginkan, tujuan pendinginan adalah untuk menghindarai agar mikroorganisme yang tidak tahan panas pada ragi tidak mati. Selanjutnya ditaburi dengan ragi, tujuan pemberian ragi agar mikroorganisme pada ragi merubah komponen pati menjadi gula dan alkohol, kemudian difermentasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim (2013c), bahwa proses fermentasi tape ketan tahap persiapan (pencucian, pemasakan dan pendinginan), pengerjaan, dan fermentasi (pemanasan, inokulasi dengan ragi, dan inkubasi) merupakan tahap yang berpengaruh penting untuk menghasilkan tape ketan dengan mutu baik.
Pembuatan tape melibatkan berbagai jenis mikroorganisme yang terdapat pada ragi. Setiap fungi memiliki aktivitas dan fungsi yang berbeda pada fermentasi tape. Mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp I . Mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ganjar (2003) bahwa mikroorganisme yang terdapat di dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida) dan khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol.
Parameter kenampakan untuk semua perlakuan dari hasil praktikum baik dengan menggunakan ragi pasar maupun ragi buatan, serta penggunaan air daun katuk ataupun air biasa diperoleh tape ketan yang berair. Adanya air yang terdapat pada tape menandakan bahwa selama proses fermentasi berlangsung fungi yang terdapat pada ragi bekerja dengan baik sehingga dapat terbentuk tape yang berair. Salah satu ciri tape yang baik adalah tape yang memiliki air dan sedikit lengket. Hal ini sesuai dengan pendapat Erni (2013), bahwa tape yang baik memiliki tekstur lembut dan sedikit lengket serta terdapat air (cairan yang manis keasaman), dan rasa manis keasaman dengan sedikt alkohol.
Parameter dari empat perlakuan didapatkan hasil tape yang beraroma alkohol. Aroma alkohol terbentuk karena adanya bantuan mikroorganisme yaitu fungi Sacaromicces Cereviciae, Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Mikroorganisme tersebut akan memecah amilum menjadi gula-gula yang lebih sedrhana yang selanjutnya akan diubah menjadi alkohol. Hal ini sesuai dengan pendapat Agus (2012), bahwa mikroorganisme dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). Proses tersebut sering dinamakan sakarifikasi (saccharification). Kemudian khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol.
Parameter tekstur diperoleh tekstur yang tidak merata, akan tetapi lebih banyak yang lembek dibandingkan yang keras. Penyebab dari ketidakmerataan tekstur dari tape yang dihasilkan diduga karena pada saat proses pemasakan beras ketan, pada saat dimasak tidak diaduk rata sehingga semua berasa tidak matang secara keseluruhan, oelh karena itu ada yang lembek adapula yang keras dan hal ini berpengaruh pada tekstur tape yang dihasilkan. Tekstur yang tidak merata pada tape menandakan bahwa tape tersebut tidak digolongkan tape yang baik, karena ciri tape yang baik yaitu memiliki tekstur lembut, berair, terasa manis serta beraroma alkohol.  Hal ini sesuai dengan pendapat
Erni (2013), bahwa tape yang baik memiliki tekstur lembut dan sedikit lengket serta terdapat air (cairan yang manis keasaman), dan rasa manis keasaman dengan sedikt alkohol.
Parameter rasa untuk semua perlakuan memiliki rasa yang manis
(khas tape). Hal ini menandakan bahwa pati berhasil diubah menjadi gula-gula sederhana selama proses fermentasi berlangsung. Keberhasilan dari proses fermentasi ini tidak terlepas dari mikroorganisme yang terkandung pada ragi yaitu Endomycopsis fibuliger dan Chlamydomucor oryzae, kedua mikroorganisme tersebut akan mengubah pati menjadi gula- gula sederhana sehingga tape yang dihasilkan terasa manis. Hal ini sesuai dengan pernytaan Agus (2012), bahwa Endomycopsis fibuliger dan Chlamydomucor oryzae. Kedua khamir tersebut adalah mikroba yang memegang peran utama mengubah ketan menjadi bentuk tape. Awalnya Chlamydomucor oryzae memulai proses fermentasi dengan mengubah pati ketan menjadi gula. Sehingga tape bersa manis jika dikonsumsi.
Katuk merupakan tanaman yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayur, bahan pewarna makanan dan lain sebagainya. Daun katuk pada pembuatan tape ketan diguanakan sebagai bahan yang didianggap dapat mengurangi kadar alkohol pada tape yang dihasilkan setelah difermentasi. Ini dikarenakan katuk memiliki kandungan gizi yang dapat mengurangi kadar alkohol sehingga yang dominan pada tape adalah rasa manis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hafsah (2010), bahwa daun katuk juga dijadikan bahan pewarna alami dalam membuat bahan makanan, salah satunya adalah tape. Daun katuk mengandung zat- zat gizi yang dapat menurunkan kadar alkohol yang dihasilkan pada tape dan dapat meningkatkan rasa manis pada tape


















V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada parktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
1.    Pembuatan ragi dilakukan dengan memberikan filtrat bawang putih, serta suspensi dari ragi pasar, kemudian tambahkan aquadest sampai terbentuk adonan. Selanjutnya dibentuk bulat pipih lalu diinkubasi, tahap terakhir yaitu dikeringkan.
2.    Pembuatan tape ketan dilakukan dengan dengan membersihkan beras ketan, direndam semalaman, dikukus, didinginkan, ditaburi dengan ragi, dibentuk bulat, lalu difermentasi.
3.    Mikroorganisme pada ragi yaitu jenis fungi yang terdiri dari kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.; khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Mikrooganisme yang termasuk kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida). Sedangkan kelompok khamir akan merubah sebagian gula-gula sederhana tersebut menjadi alkohol. Inilah yang menyebabkan aroma alkoholis pada tape.
4.    Penggunaan ragi pasar dan ragi buatan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, hal ini dapat dilhat dari hasil praktikum bahwa dari semua parameter yang diamati tidak menunjukkan perbedaan.
5.    Daun katuk pada pembuatan tape ketan dianggap tidak memberikan pengaruh, hal ini dapat dilihat dari setiap parameter yang diamati. Tape yang menggunakan rebusan daun katuk dan air biasa sama saja.
B. Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini yaitu sebaiknya sebelum memasuki laboratorium semua alat telah disiapkan agar praktikum dapat berjalan lancar tanpa membuang buang waktu













DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013a. Tape. http://id.wikipedia.org/wiki/Tape. Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. Makassar
Anonim, 2103b. Ragi. http://id.wikipedia.org/wiki/Ragi. Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. Makassar
Anonim, 2013c. Proses Fermentasi Ketan. http://menjadibijak.blogspot.com/2013/01/proses-fermentasi-tape-ketan.html. Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. Makassar.
Anonim, 2013d. Daun Katuk. http://id.wikipedia.org/wiki/Katuk. Diakses pada tanggal 10 Desember 2013. Makassar
Buckle, A. K., R.A. Edwards., G. H. Fleet., M. Wooton. Ilmu Pangan. 1987. Jakarta Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS).
Ernywati. 2011. Membuat Tape. http://ernywati.blogspot.com/2011/06/tape.html. Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. Makassar.
Hafsah, 2010. Pengaruh Daun Katuk Terhadap Kadar Alkohol Tape. http://digilib.uinsuka.ac.id/4413/1/BAB%20I,V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf. Diakses pada tanggal 10 Desember 2013. Makassar
Krisno Agus. 2012. Peran Jamur S. cerevisiae sebagai Fermentasi Roti. http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/12/27/peranan-jamur-ragi-saccharomyces-cerevisiae-sebagai-fermentasi-roti/. Diakses pada tanggal 1 Desember 2013. Makassar.
Milmi. 2008. Misteri Dibalik Tape. http://www.forumsains.com/artikel/misteri-di-balik-tape/. Diakses pada tanggal 1 Desember 2013. Makassar.
Tandra Rian. 2013. Uji Aktivitas Ragi. http://rianrtandra.wordpress.com/tag/aktivitas-ragi/. Diakses pada tanggal 1 Desember 2013. Makassar.