I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mikroba yang
hidup di alam terdapat dalam bentuk populasi campuran. dan dijumpai sebagai
spesies yang tunggal. Dengan demikian, agar mikroba tersebut dapat
diidentifikasikan, sehingga mudah dipelajari sifat pertumbuhan, morfologis, dan
fisiologis masing-masing mikroba maka langkah pertama yang harus dilakukan
yaitu spesies tersebut dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam
habitatnya, kemudian ditumbuhkan menjadi biakan murni yaitu suatu biakan yang
terdiri dari sel-sel dari satu spesies.
Mikroorganisme
tersebar luas di dalam lingkungan baik di tanah, air, maupun udara. Keberadaan
mikroorganisme baru dapat kita rasakan melewati makanan yang kita konsumsi dan
sebagai akibatnya produk pangan jarang sekali yang steril dan umumnya tercemar
oleh berbagai mikroorganisme. Bahan pangan selain merupakan sumber gizi bagi manusia,
juga sebagai sumber makanan bagi perkembangan mikroorganisme. Pertumbuhan atau
perkembangan mikroorganisme dalam makanan sangat erat hubungannya dengan
kehidupan manusia.
Mikroorganisme
merupakan mahluk hidup yang sangat banyak, baik ditanah, air maupun udara.
Untuk itu perlunya isolasi maupun permurnian untuk mendapatkan mikroorganisme
tersebut. Populasi yang besar dan kompleks dengan berbagai mikroba terdapat
dalam tubu manusia termasuk dimulut, saluran pencernaan dan kulit. Isolasi
adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni
ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal dari pembelahan dari satu
seltunggal. Kultur murni atau biakan murni diperlukan karena semua metode
mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi
mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis,
fisiologis,maupun serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu
macam mikroorganisme saja. Dari penguraian di atas menjadi latar belakang
mengapa dilakukan praktikum ini.
B.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan
dilakukannya praktikum isolasi mikroba yaitu untuk mengetahui bagaimana cara
mengisolasi mikroba dengan baik dan benar.
Kegunaan
dari praktikum ini adalah praktikan mampu mengetahui bagaimana cara dan
prosedur mengisolasi mikroba dengan baik dan benar, sehingga kedepannya kita
menjadi terampil jika mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan mikroba.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Isolasi mikroba
Isolasi
adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam
suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain
perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan
identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari
satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan
satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran
bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam
media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada
tempatnya. Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh media padat pada beberapa
tempat yang terpisah, maka setiap sel
atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah, sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya
(Dwidjoseputro, 1998).
Media cair,
sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak
tetap tinggal di tempatnya. Akan tetapi bila sel-sel itu dipisahkan dengan cara
pengenceran, kemudian ditumbuhkan dalam media padat dan dibiarkan membentuk
koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung
reaksi atau cawan petri-cawan petri yang
terpisah (Dwidjoseputro, 1998).
terpisah (Dwidjoseputro, 1998).
Beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi mikroorganisme menurut Dwidjoseputro,
(1998) adalah sebagai berikut :
1. Sifat dan jenis mikroorganisme
2. Habitat mikroorganisme
3. Medium pertumbuhan
4. Cara menginokulasi dan inkubasi
5. Cara mengidentifikasi
6. Cara pemeliharaannya
Menurut
Agus Krisno Terdapat beberapa macam cara mengisolasi mikroba, yaitu sebgai
berikut ini:
1. Isolasi pada agar cawan
Prinsip pada metode
isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh
individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni
yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari
satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada agar cawan,
yaitu: Metode gores kuadran, dan metode agar cawantuang.Metode gores kuadran.
Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya
mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel. Metode agar tuang.
Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium agar yang
dicairkan dan didinginkan (500C), yang kemudian dicawankan. sehingga
pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas
permukaan atau di dalam cawan.
2. Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium
cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan (medium
padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu
dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi
pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3. Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan
untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang tidak dapat diisolasi
dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan
perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan
menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang
dilakukan secara aseptis.
Cara
mengisolasi mikroba dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut
ini:
a.
Isolasi
mikroba dengan cara penggoresan.
Tujuan
utama dari penggoresan ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni bakteri
yang terpisah dengan baik dari suspensi
sel yang pekat. Cara ini lebih menguntungkan bila ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tapi
memerlukan ketrampilan yang diperoleh
dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang
terpisah. Ada beberapa teknik goresan,
antara lain : Goresan T, Goresan kuadran,
Goresan radian, dan Goresan sinambung.
b.
Isolasi
mikroba dengan cara penaburan
Cara
penaburan ( pour plate) merupakan cara yang kedua di samping penggoresan
untuk memperoleh biakan murni dari
biakan campuran mikroba. Cara ini berbeda dari cara penggoresan dimana media
agar diinokulasi dalam keadaan tetap cair yaitu pada suhu 450C, dan demikian
pula koloni-koloni akan berkembang di seluruh media, tidak hanya pada
permukaan. Untuk beberapa tujuan hal ini menguntungkan, contohnya dalam mempelajari pertumbuhan koloni streptococcal
pada sel-sel darah merah. Supaya koloni yang tumbuh dalam cawan tidak terlalu
banyak ataupun sedikit maka contoh diencerkan hingga beberapa kali pengenceran
dan ditaburkan pada beberapa cawan.
Menurut
Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni
yaitu :
1. Metode cawan gores
Metode ini mempunyai dua
keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode cawan gores yang
dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya
mikroorganisme yang diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni
murni dari populasi campuran mikroorganisme adalah dengan mengencerkan spesimen
dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian
dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam spesimen pada umunya
tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap
sehingga sekurang-kurangnya satu di antara cawan tersebut mengandung koloni
terpisah di atas permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini memboroskan bahan
dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.
Metode cawan
gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk
memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya
diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik
kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme seperti yang
diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan oleh para mahasiswa
yang baru mulai mempelajari mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan permukaan
medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme
menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak
sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan (Ratna, 1990).
B. Tempe
Tempe adalah makanan yang dibuat dari
fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan
beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh.
stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak
berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai “ragi
tempe”.. Warna putih pada tempe
disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai.
Tekstur kompak juga disebabkan oleh miselia jamur yang menghubungkan biji-biji
kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi
umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus
sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada
kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan
cepat dapat dipergunakan oleh tubuh (Krisno, 2011).
Tempe
berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat
proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis,
jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe
juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah,
pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Komposisi gizi tempe baik
kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan
dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh
kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih
mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh
karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari
bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur
(Freddish, 2007).
C. PDA (Potato Dextrose Agar)
Potato
Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum yang digunakan untuk
mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir. Komposisi Potato Dextrose
Agar ini terdiri dari bubuk kentang, dextrose dan juga agar. Bubuk kentang dan
juga dextrose merupakan sumber makanan untuk jamur dan khamir.
Potato
Dextrose Agar juga bisa digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme
menggunakan metode Total Plate Count. Perindustrian seperti industri makanan,
industri produk susu dan juga kosmetik menggunakan PDA untuk menghitung jumlah
mikroorganisme pada sample. Karena fungsinya yang dapat mengembangbiakkan
jamur, sekarang ini PDA juga banyak digunakan oleh pembudidaya jamur seperti
jamur tiram. Untuk memaksimalkan pertumbuhan bibit jamur, biasanya pembudidaya
mengatur kondisi pH yang rendah (sekitar 3,5) dan juga menambahkan asam atau
antibiotik untuk menghambat terjadinya pertumbuhan bakteri, Anonim I (2013).
D. Larutan
Fisiologis
Larutan
pengencer/ larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk mengencerkan
contoh pada analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan untuk memperoleh
jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu antara 30 sampai 300 sel
mikroba per ml. Pengenceran biasanya dilakukan 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya.
Larutan Fisiologis ini lebih tepatnya medium setengah padat karena mengandung
0,9 % NACl yang terkandung didalamnya. Medium sintetis juga bias dibilang
bagian dari larutan fisiologis karena Larutan fisiologis ini sudah diketahui
jumlah, jenis dan takarannya, (Feny, 2013).
E. Rhizopus Oligosporus
Rhizopus oligosporus termasuk dalam jenis fungi berfilamen
sehingga disebut juga kapang (mold) Rhizopus
oligosporus. Kapang ini digunakan dalam pembuatan tempe melalui fermentasi
dengan bahan dasar kedelai. Rhizopus oligosporus membentuk hifa
penetrasi rata-rata 1400 µm2 ( ± 300 µm2 ) di luar
permukaan kotiledon dan 1010 µm2 ( ± 340 µm2 ) pada
bagian dalam ( flat ). Hifa terinfiltrasi pada kedalaman 742 µm /
sekitar 25% rata-rata lebar kotiledon kedelai. Kemudian proses fermentasi
terjadi secara aerob melalui lubang berpori pada pembungkus. Proses fermentasi
mengakibatkan semakin meningkatnya nilai protein dan gizi dibandingkan dengan
bahan dasarnya yaitu kedelai. Pada proses fermentasi, protein dalam kedelai
dapat terurai menjadi asam-asam amino yang mudah dicerna oleh tubuh dan oleh
enzim fitase yang berfungsi memecah fitat yang merugikan yaitu mengikat
beberapa mineral sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam tubuh,
serta adanya pengaruh dari enzim β-glukosidase
yang menghidrolisis glukosida isoflavon sehingga kandungan daidzein-genistein
dalam tempe meningkat yang berfungsi sebagai antioksidan terhadap kanker (Auliah, 2013).
Rhizopus oligosporus biasanya memiliki rhizoid yang
pendek, sporangium dengan diameter 80 –120 µm dan pada saat 7 hari akan pecah
yang menyebabkan spora keluar kolumela dengan diameter 25-75 µm. Sedangkan Rhizopus
oryzae memiliki diameter sporangium lebih dari 150 µm, kolumela dengan
diameter lebih dari 100 µm. Beberapa sifat penting dari Rhizopus oligosporus antara lain meliputi aktivitas enzimatiknya,
kemampuan menghasilkan antibiotika, biosintesa vitamin-vitamin B, kebutuhannya
akan senyawa sumber karbon dan nitrogen, perkecambahan spora, dan penetrisi
miselia jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai (Auliah, 2013).
III. METODOLOGI
PRAKTIKUM
A. Waktu
dan Tempat
Praktikum Aplikasi Bioteknologi pangan
dilaksanakan pada hari Kamis,
tanggal 12 September 2013, pukul 09.50 WITA sampai 12.50 WITA. Bertempat
di Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2013.
tanggal 12 September 2013, pukul 09.50 WITA sampai 12.50 WITA. Bertempat
di Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2013.
B. Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
- Cawan petri
- Pipet volume
- Tabung reaksi
- Timbangan analitik
- Bunsen
- Batang ose
- Vortex
- Batang pengaduk
Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
- Media PDA
- Tempe
- Aquadest
- Alkohol
- NaCl
- Agar
C. Prosedur
Kerja
Prosedur
kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
·
Pembuatan
media PDA
1.
Ditimbang
7,8 gram PDA
2.
Dilarutkan
PDA dalam 200 ml aquadest kemudian dipanaskan dan divortex
3.
Dibuat
media dan dimasukkan ke dalam cawan petri secara steril
4.
Dimasukkan
media ke dalam tabung reaksi dengan bentuk miring
5.
Dimasukkan
bahan (tempe) ditimbang sebanyak 5 gram.Bahan dimasukkan ke dalam larutan
fisiologis 45 ml
6.
Dilakukan
pengenceran, dengan menyalakan Bunsen agar tidak terkontaminasi dengan mikroba
lain
Diambil
0,1 ml dari 10-1 ke tabung
reaksi 10-3, kemudian divorteks
Diambil
0,1 ml dari 10-3 ke tabung reaksi 10-5, kemudian
divorteks
Diambil
0,1 ml dari 10-5 ke tabung reaksi 10-7, kemudian
divorteks
Diambil
0,1 ml dari 10-7 ke tabung reaksi 10-9, kemudian
divorteks
Diambil 0,1 ml masing-masing dari tabung
reaksi pengenceran 10-7 dan 10-9 dan ditaruh di capet
yang berisi media pda.
7.
Diratakan cairan pengenceran 0,1 ml dengan menggunakan
batang ose
8.
Cawan
petri ditutup, kemudian dibungkus dengan kertas lalu diinkubasi
9.
Setelah
48 jam mikroba yang telah tumbuh dipindahkan pada media agar miring.
10. Diisolasi mikroba yang akan digunakan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil
yng telah diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Gambar 01 hasil Isolasi
Mikroba Rhizopus Oligosporus
Pengenceran 10-9
Gambar 02 Isolasi
Mikroba Rhizopus Oligosporus
Pengenceran 10-7
B. Pembahasan
Isolasi mikroba dilakukan dengan cara
ditimbang PDA
sebanayak 7,8 gram yang dilarutkan dalam aquadest sebanyak 200 ml kemudian di vortex. Penggunaan PDA sebagai pada isolasi mikroba khusus tempe dikarenakan PDA adalah dalah khusus mengembangkan jamur dan khamir. Hal ini sesuai dengan Anonim (2013) bahwa Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum yang digunakan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir.
sebanayak 7,8 gram yang dilarutkan dalam aquadest sebanyak 200 ml kemudian di vortex. Penggunaan PDA sebagai pada isolasi mikroba khusus tempe dikarenakan PDA adalah dalah khusus mengembangkan jamur dan khamir. Hal ini sesuai dengan Anonim (2013) bahwa Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum yang digunakan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir.
Media yang telah dibuat dituang pada cawan petri
disimpan
selama 48 jam. Disamping itu dibuat larutan fisiologis yang kemudian dilakukan pengenceran sampai dengan 10 -9 dan disimpan pada cawan perti yang berisi medium padat. Selanjutnya cawan petri disimpan selama 48 jam sampai mikroba mulai tumbuh dan kemudian diisolasi. Pengenceran dilalakukan untuk memperoleh jumlah mikroba terbaik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Fenny (2013) bahwa pengenceran dilakukan untuk memperoleh jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Pengenceran biasanya dilakukan 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya.
selama 48 jam. Disamping itu dibuat larutan fisiologis yang kemudian dilakukan pengenceran sampai dengan 10 -9 dan disimpan pada cawan perti yang berisi medium padat. Selanjutnya cawan petri disimpan selama 48 jam sampai mikroba mulai tumbuh dan kemudian diisolasi. Pengenceran dilalakukan untuk memperoleh jumlah mikroba terbaik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Fenny (2013) bahwa pengenceran dilakukan untuk memperoleh jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Pengenceran biasanya dilakukan 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya.
Isolasi adalah memisahkan
mikroorganisme dengan mikroorganisme yang lain dengan tujuan
mengembangbiakkannya pada suatu medium tertentu. Proses pemisahan atau
pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan
mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan
suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip
dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat
dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba
akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutedjo (1996), bahwa isolasi merupakan mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan
akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutedjo (1996), bahwa isolasi merupakan mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan
Tempe merupakan salah satu sumber
protein yang digemari oleh masyarakat luas, selain digemari tempe juga memiliki
harga yang relative murah dan dapat dijangkau oleh berbagai kalangan masyrakat.
Pembuatan tempe dilakukan dengan fermentasi pada biji kedelai dengan
menggunakan bantuan mikroba yang biasa disebut dengan Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae. Dengan menggunakan Rhizopus sp adalah jenis
jamur yang akan merombak kedelai menjadi tempe . Hal ini sesuai dengan pendapat
Krisno (2011), bahwa Rhizopus
sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada
kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Rhizopus oligosporus termasuk dalam jenis fungi berfilamen
sehingga disebut juga kapang (mold) Rhizopus
oligosporus. Jamur Rhizopus oligosporus ini digunakan dalam pembuatan tempe. Warna putih pada tempe
disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai.
Tekstur kompak juga disebabkan oleh miselia jamur yang menghubungkan biji-biji
kedelai tersebut.. Rhizopus oligosporus biasanya memiliki
rhizoid yang pendek, sporangium dengan diameter 80 –120 µm dan pada saat 7 hari
akan pecah yang menyebabkan spora keluar kolumela dengan diameter 25-75
µm. hal ini sesuai dengan pernyataan
Auliah (2013) bahwa Rhizopus oligosporus
biasanya memiliki rhizoid yang pendek, sporangium dengan diameter 80 –120 µm
dan pada saat 7 hari akan pecah yang menyebabkan spora keluar dengan diameter
25-75 µm.
.
V. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah isolasi mikroba untuk jenis Rhizopus oligoporus dapat diperoleh dari
produk tempe dengan menggunakan media PDA yang sesuai dengan kebutuhan mikroba
untuk tumbuh. Isolasi mikroba harus dilakukan dalam keadaan aseptis agar dapat
meminimalisir kontaminasi mikroba lain yang tidak dibutuhkan.
B.
Saran
Diharapkan
dengan sangat pada praktikum selanjutnya AC di dalam laboratorium dinyalakan
agar praktikan bisa merasa nyaman dalam melakukan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim I ,.2013 . Potato Dextrose Agar (PDA). http://www.mediaagar.com/blog/potato-dextrose-agar-pda/. Di akses pada tanggal 16 September
2013 Makassar
Auliah,
Firdaus. 2013. Fermentasi Tempe. http://auliafirdauss.blogspot.com
/2013/08/fermentasi-tempe.html. Diakses pada hari Selasa, 17 September 2013, Makassar.
Dwidjoseputro,
1980, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan : Jakarta.
Hadioetomo,
R. S., 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia :Jakarta.
Feny, 2013 . Larutan fisiologis. http://creation-of-fma.blogspot.com/2013/01/larutan-fisiologis.html. Di akses pada tanggal 17 September
2013 Makassar
Freddish. 2007. Khasiat dan Kandungan Gizi Tempe http://freddish.wordpress.com/2007/10/04/khasiat-dan-kandungan-gizi-tempe/. Diakses pada tanggal tanggal 16
September 2013Makassar.
Krisno,
Agus. 2011. Peranan Rhizopus Oryzae Pada Industri Tempe Dalam Peranan
Peningkatan Gizi Pangan http://aguskrisnoblog.wordpress.
com/2011/01/13/peranan-rhizopus-oryzae-pada-industri-tempe-dalam-peranan-peningkatan-gizi-pangan/. Diakses pada tanggal
19 Oktober 2012, Makassar.
com/2011/01/13/peranan-rhizopus-oryzae-pada-industri-tempe-dalam-peranan-peningkatan-gizi-pangan/. Diakses pada tanggal
19 Oktober 2012, Makassar.
Ratna, Sri,
1990, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek,
Jakarta : Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar