Total Tayangan Halaman

Jumat, 27 Desember 2013

laporan isolasi mikroba



I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroba yang hidup di alam terdapat dalam bentuk populasi campuran. dan dijumpai sebagai spesies yang tunggal. Dengan demikian, agar mikroba tersebut dapat diidentifikasikan, sehingga mudah dipelajari sifat pertumbuhan, morfologis, dan fisiologis masing-masing mikroba maka langkah pertama yang harus dilakukan yaitu spesies tersebut dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, kemudian ditumbuhkan menjadi biakan murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu spesies.
Mikroorganisme tersebar luas di dalam lingkungan baik di tanah, air, maupun udara. Keberadaan mikroorganisme baru dapat kita rasakan melewati makanan yang kita konsumsi dan sebagai akibatnya produk pangan jarang sekali yang steril dan umumnya tercemar oleh berbagai mikroorganisme. Bahan pangan selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga sebagai sumber makanan bagi perkembangan mikroorganisme. Pertumbuhan atau perkembangan mikroorganisme dalam makanan sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia.
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang sangat banyak, baik ditanah, air maupun udara. Untuk itu perlunya isolasi maupun permurnian untuk mendapatkan mikroorganisme tersebut. Populasi yang besar dan kompleks dengan berbagai mikroba terdapat dalam tubu manusia termasuk dimulut, saluran pencernaan dan kulit. Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal dari pembelahan dari satu seltunggal. Kultur murni atau biakan murni diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis,maupun serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Dari penguraian di atas menjadi latar belakang mengapa dilakukan praktikum ini.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum isolasi mikroba yaitu untuk mengetahui bagaimana cara mengisolasi mikroba dengan baik dan benar.
Kegunaan dari praktikum ini adalah praktikan mampu mengetahui bagaimana cara dan prosedur mengisolasi mikroba dengan baik dan benar, sehingga kedepannya kita menjadi terampil jika mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan mikroba.




II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Isolasi mikroba
       Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh media padat pada beberapa tempat yang terpisah,  maka setiap sel atau kumpulan sel yang hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang  terpisah, sehingga memudahkan pemisahan selanjutnya (Dwidjoseputro, 1998).
Media cair, sel-sel mikroba sulit dipisahkan secara individu karena terlalu kecil dan tidak tetap tinggal di tempatnya. Akan tetapi bila sel-sel itu dipisahkan dengan cara pengenceran, kemudian ditumbuhkan dalam media padat dan dibiarkan membentuk koloni, maka sel-sel tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri-cawan petri yang
terpisah (Dwidjoseputro, 1998).

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengisolasi mikroorganisme menurut Dwidjoseputro, (1998) adalah sebagai berikut :
1. Sifat dan jenis mikroorganisme
2. Habitat mikroorganisme
3. Medium pertumbuhan
4. Cara menginokulasi dan inkubasi
5. Cara mengidentifikasi
6. Cara pemeliharaannya
Menurut Agus Krisno Terdapat beberapa macam cara mengisolasi mikroba, yaitu sebgai berikut ini:
1.    Isolasi pada agar cawan
Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada agar cawan, yaitu: Metode gores kuadran, dan metode agar cawantuang.Metode gores kuadran. Bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap koloni berasal dari satu sel. Metode agar tuang. Berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan (500C), yang kemudian dicawankan. sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan atau di dalam cawan.
2.     Isolasi pada medium cair
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3.    Isolasi sel tunggal
Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.
Cara mengisolasi mikroba dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut ini:
a.    Isolasi mikroba dengan cara penggoresan.
Tujuan utama dari penggoresan ini adalah untuk menghasilkan koloni-koloni bakteri yang  terpisah dengan baik dari suspensi sel yang pekat. Cara ini lebih menguntungkan bila  ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tapi memerlukan ketrampilan yang diperoleh  dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah.  Ada beberapa teknik goresan, antara lain :  Goresan T, Goresan kuadran, Goresan radian, dan Goresan sinambung.
b.    Isolasi mikroba dengan cara penaburan
Cara penaburan ( pour plate) merupakan cara yang kedua di samping penggoresan untuk  memperoleh biakan murni dari biakan campuran mikroba. Cara ini berbeda dari cara penggoresan dimana media agar diinokulasi dalam keadaan tetap cair yaitu pada suhu 450C, dan demikian pula koloni-koloni akan berkembang di seluruh media, tidak hanya pada permukaan. Untuk beberapa tujuan hal ini menguntungkan, contohnya dalam  mempelajari pertumbuhan koloni streptococcal pada sel-sel darah merah. Supaya koloni yang tumbuh dalam cawan tidak terlalu banyak ataupun sedikit maka contoh diencerkan hingga beberapa kali pengenceran dan ditaburkan pada beberapa cawan.
Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni yaitu :
1.  Metode cawan gores
            Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.
2.  Metode cawan tuang
            Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme adalah dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam spesimen pada umunya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di antara cawan tersebut mengandung koloni terpisah di atas permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.
Metode cawan gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai mempelajari mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan (Ratna, 1990).
B. Tempe
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai “ragi tempe”.. Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh miselia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh (Krisno, 2011).
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur (Freddish, 2007).
C. PDA (Potato Dextrose Agar)
       Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum yang digunakan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir. Komposisi Potato Dextrose Agar ini terdiri dari bubuk kentang, dextrose dan juga agar. Bubuk kentang dan juga dextrose merupakan sumber makanan untuk jamur dan khamir.
Potato Dextrose Agar juga bisa digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme menggunakan metode Total Plate Count. Perindustrian seperti industri makanan, industri produk susu dan juga kosmetik menggunakan PDA untuk menghitung jumlah mikroorganisme pada sample. Karena fungsinya yang dapat mengembangbiakkan jamur, sekarang ini PDA juga banyak digunakan oleh pembudidaya jamur seperti jamur tiram. Untuk memaksimalkan pertumbuhan bibit jamur, biasanya pembudidaya mengatur kondisi pH yang rendah (sekitar 3,5) dan juga menambahkan asam atau antibiotik untuk menghambat terjadinya pertumbuhan bakteri, Anonim  I (2013).
D. Larutan Fisiologis
       Larutan pengencer/ larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk mengencerkan contoh pada analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan untuk memperoleh jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Pengenceran biasanya dilakukan 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya. Larutan Fisiologis ini lebih tepatnya medium setengah padat karena mengandung 0,9 % NACl yang terkandung didalamnya. Medium sintetis juga bias dibilang bagian dari larutan fisiologis karena Larutan fisiologis ini sudah diketahui jumlah, jenis dan takarannya, (Feny, 2013).
E. Rhizopus Oligosporus
Rhizopus oligosporus termasuk dalam jenis fungi berfilamen sehingga disebut juga kapang (mold) Rhizopus oligosporus. Kapang ini digunakan dalam pembuatan tempe melalui fermentasi dengan bahan dasar kedelai. Rhizopus oligosporus membentuk hifa penetrasi rata-rata 1400 µm2 ( ± 300 µm2 ) di luar permukaan kotiledon dan 1010 µm2 ( ± 340 µm2 ) pada bagian dalam ( flat ). Hifa terinfiltrasi pada kedalaman 742 µm / sekitar 25% rata-rata lebar kotiledon kedelai. Kemudian proses fermentasi terjadi secara aerob melalui lubang berpori pada pembungkus. Proses fermentasi mengakibatkan semakin meningkatnya nilai protein dan gizi dibandingkan dengan bahan dasarnya yaitu kedelai. Pada proses fermentasi, protein dalam kedelai dapat terurai menjadi asam-asam amino yang mudah dicerna oleh tubuh dan oleh enzim fitase yang berfungsi memecah fitat yang merugikan yaitu mengikat beberapa mineral sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam tubuh, serta adanya pengaruh dari enzim β-glukosidase yang menghidrolisis glukosida isoflavon sehingga kandungan daidzein-genistein dalam tempe meningkat yang berfungsi sebagai antioksidan terhadap kanker (Auliah, 2013).
Rhizopus oligosporus biasanya memiliki rhizoid yang pendek, sporangium dengan diameter 80 –120 µm dan pada saat 7 hari akan pecah yang menyebabkan spora keluar kolumela dengan diameter 25-75 µm.  Sedangkan Rhizopus oryzae memiliki diameter sporangium lebih dari 150 µm, kolumela dengan diameter lebih dari 100 µm. Beberapa sifat penting dari Rhizopus oligosporus antara lain meliputi aktivitas enzimatiknya, kemampuan menghasilkan antibiotika, biosintesa vitamin-vitamin B, kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan nitrogen, perkecambahan spora, dan penetrisi miselia jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai (Auliah, 2013).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A.  Waktu dan Tempat
Praktikum Aplikasi Bioteknologi pangan dilaksanakan pada hari Kamis,
tanggal 12 September 2013, pukul 09.50 WITA sampai 12.50 WITA. Bertempat
di Laboratorium Mikrobiologi Pangan, Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar, 2013.
B.  Alat dan Bahan
                 Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

-       Cawan petri                             
-       Pipet volume
-       Tabung reaksi
-       Timbangan analitik
-       Bunsen
-       Batang ose
-       Vortex
-       Batang pengaduk

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

-       Media PDA
-       Tempe
-       Aquadest
-       Alkohol
-       NaCl
-       Agar

C.  Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
·         Pembuatan media PDA
1.    Ditimbang 7,8 gram PDA

2.    Dilarutkan PDA dalam 200 ml aquadest kemudian dipanaskan dan divortex
3.    Dibuat media dan dimasukkan ke dalam cawan petri secara steril
4.    Dimasukkan media ke dalam tabung reaksi dengan bentuk miring
5.    Dimasukkan bahan (tempe) ditimbang sebanyak 5 gram.Bahan dimasukkan ke dalam larutan fisiologis 45 ml
6.    Dilakukan pengenceran, dengan menyalakan Bunsen agar tidak terkontaminasi dengan mikroba lain
Diambil 0,1 ml dari 10-1  ke tabung reaksi 10-3, kemudian divorteks
Diambil 0,1 ml dari 10-3 ke tabung reaksi 10-5, kemudian divorteks
Diambil 0,1 ml dari 10-5 ke tabung reaksi 10-7, kemudian divorteks
Diambil 0,1 ml dari 10-7 ke tabung reaksi 10-9, kemudian divorteks
 Diambil 0,1 ml masing-masing dari tabung reaksi pengenceran 10-7 dan 10-9 dan ditaruh di capet yang berisi media pda.
7.    Diratakan  cairan pengenceran 0,1 ml dengan menggunakan batang ose
8.    Cawan petri ditutup, kemudian dibungkus dengan kertas lalu  diinkubasi
9.    Setelah 48 jam mikroba yang telah tumbuh dipindahkan pada media agar miring.
10.  Diisolasi mikroba yang akan digunakan.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil
Hasil yng telah diperoleh pada  praktikum  ini adalah sebagai berikut:
Gambar 01 hasil Isolasi Mikroba Rhizopus Oligosporus Pengenceran 10-9
Gambar 02 Isolasi Mikroba Rhizopus Oligosporus Pengenceran 10-7
B.   Pembahasan
Isolasi mikroba dilakukan dengan cara ditimbang PDA
sebanayak 7,8 gram yang dilarutkan dalam aquadest sebanyak 200 ml kemudian di vortex. Penggunaan PDA sebagai  pada isolasi  mikroba khusus tempe dikarenakan PDA adalah dalah khusus mengembangkan jamur dan khamir. Hal ini sesuai dengan Anonim (2013) bahwa
Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum yang digunakan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir.
Media yang telah dibuat dituang pada cawan petri disimpan
selama 48 jam. Disamping itu dibuat larutan fisiologis yang kemudian dilakukan pengenceran sampai dengan 10 -9 dan disimpan pada cawan perti yang berisi medium padat. Selanjutnya cawan petri disimpan selama 48 jam sampai mikroba mulai tumbuh dan kemudian diisolasi.
Pengenceran dilalakukan untuk memperoleh jumlah mikroba terbaik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Fenny (2013) bahwa
pengenceran dilakukan untuk memperoleh jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Pengenceran biasanya dilakukan 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya.
Isolasi adalah memisahkan mikroorganisme dengan mikroorganisme yang lain dengan tujuan mengembangbiakkannya pada suatu medium tertentu. Proses pemisahan atau pemurnian dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat sel-sel mikroba
akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutedjo (1996), bahwa isolasi merupakan  mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan
Tempe merupakan salah satu sumber protein yang digemari oleh masyarakat luas, selain digemari tempe juga memiliki harga yang relative murah dan dapat dijangkau oleh berbagai kalangan masyrakat. Pembuatan tempe dilakukan dengan fermentasi pada biji kedelai dengan menggunakan bantuan mikroba yang biasa disebut dengan Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae. Dengan menggunakan Rhizopus sp adalah jenis jamur yang akan merombak kedelai menjadi tempe . Hal ini sesuai dengan pendapat Krisno (2011), bahwa Rhizopus sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Rhizopus oligosporus termasuk dalam jenis fungi berfilamen sehingga disebut juga kapang (mold) Rhizopus oligosporus. Jamur Rhizopus oligosporus ini digunakan dalam pembuatan tempe. Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh miselia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut.. Rhizopus oligosporus biasanya memiliki rhizoid yang pendek, sporangium dengan diameter 80 –120 µm dan pada saat 7 hari akan pecah yang menyebabkan spora keluar kolumela dengan diameter 25-75 µm.  hal ini sesuai dengan pernyataan Auliah (2013) bahwa Rhizopus oligosporus biasanya memiliki rhizoid yang pendek, sporangium dengan diameter 80 –120 µm dan pada saat 7 hari akan pecah yang menyebabkan spora keluar dengan diameter 25-75 µm.


.
















V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah isolasi mikroba untuk jenis Rhizopus oligoporus dapat diperoleh dari produk tempe dengan menggunakan media PDA yang sesuai dengan kebutuhan mikroba untuk tumbuh. Isolasi mikroba harus dilakukan dalam keadaan aseptis agar dapat meminimalisir kontaminasi mikroba lain yang tidak dibutuhkan.
B. Saran
       Diharapkan dengan sangat pada praktikum selanjutnya AC di dalam laboratorium dinyalakan agar praktikan bisa merasa nyaman dalam melakukan praktikum.












DAFTAR PUSTAKA
Anonim    I    ,.2013  .        Potato     Dextrose       Agar (PDA).      http://www.mediaagar.com/blog/potato-dextrose-agar-pda/. Di akses pada tanggal 16 September 2013 Makassar

Auliah, Firdaus. 2013. Fermentasi Tempe. http://auliafirdauss.blogspot.com /2013/08/fermentasi-tempe.html. Diakses pada hari Selasa, 17 September 2013, Makassar.
Dwidjoseputro, 1980,  Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan : Jakarta.

Hadioetomo, R. S., 1993,  Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Gramedia :Jakarta.

Feny,      2013 .        Larutan       fisiologis.    http://creation-of-fma.blogspot.com/2013/01/larutan-fisiologis.html. Di akses pada tanggal 17 September 2013 Makassar
Freddish. 2007. Khasiat dan Kandungan Gizi Tempe http://freddish.wordpress.com/2007/10/04/khasiat-dan-kandungan-gizi-tempe/. Diakses pada tanggal tanggal 16 September 2013Makassar.
Krisno, Agus. 2011. Peranan Rhizopus Oryzae Pada Industri Tempe Dalam Peranan Peningkatan Gizi Pangan http://aguskrisnoblog.wordpress.
com/2011/01/13/peranan-rhizopus-oryzae-pada-industri-tempe-dalam-peranan-peningkatan-gizi-pangan/
. Diakses pada tanggal
19 Oktober 2012, Makassar.
Ratna, Sri, 1990, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Jakarta : Gramedia.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar